Kamis, 24 April 2014

Tentang malam yang menyapa jingga

"Hai jingga.." , sapa malam seolah telah begitu lama mengenalku sedari dulu. Sikapnya sangat bersahabat layaknya pertemuan antara dua teman karib yang telah begitu lama terpisah. Aku hanya termanggu, menatap senyum hangatnya mengembang dengan begitu sumringah. 

Haahh..
Apa yang harus aku lakukan, fikirku kala itu. Jujur saja, aku bukan tak mengenal malam, ia memang selalu ada untuk menjemput senja dibalik peraduan. Namun hal itu bukan berarti membuat malam dan jingga seolah akrab dan berteman sejak lama. Tidak, batinku. Aku tak begitu mengenalnya. Yang kutahu, malam hanya diselimuti kelabu. Terkadang antara mendung atau tidak, terlihat sulit untuk dibedakan, karena malam memang hanya memiliki satu warna, mungkin hanya kilauan indah para bintang-bintang dan senyuman manis sang bulan lah yang memberi tanda bahwa malam tengah gembira.

Hmmm..
Aku enggan untuk membalas sapaannya, bukan apa-apa. Aku hanya sedang lelah. Yaa, amat sangat lelah setelah seharian berjalan menyusuri cakrawala. Mengapa kita harus bertemu dikala senja? Tak adakah tempat istimewa dan lebih nyaman untuk kita dapat saling bercengkrama?

Mungkin, saat aku tak sedang dalam suasana yang tak menyenangkan dan waktu bersedia mempertemukan kita dikala yang tepat, bisa saja aku akan beramah-tamah ria denganmu...

Namun tidak untuk saat ini...

Aku hanya menatap malam dengan tatapan kelabu. Yaa, aku hanya menatapnya tanpa ekspresi apapun. Begitu dingin dan tak menyenangkan. Namun, tak kulihat senyumnya luntur dan menghilang. Ia malah bertambah sumringah dan tertawa renyah. "Hahaha, kau memang unik jingga, dan aku langsung tahu itu dikala kita pertama kali berjumpa.." ujarnya dengan begitu riangnya.

Aku bergeming, menatapnya dengan tatapan yang menusuk dan sangat curiga. Dan tak sedikitpun berusaha aku tutup-tutupi. Ada yang bergolak didalam dadaku, entah apa itu. Kesal mungkin, aku tak suka diamati seperti itu. Yaa, ini duniaku. kau tahu pasti berbeda dari siapapun. Ya, karena memang tak semua manusia sama. Namun aku tak suka saat tiba-tiba ada pengganggu disana. 

Aku masih menatapnya dengan pandangan tajam dan tak suka. Tapi ia malah semakin lebar tertawa. "Ohh, tidak jingga. Jangan pernah berfikir aku adalah pengagum rahasiamu yang selalu mengamatimu dari kejauhan. Hahaha, jangan terlalu berharap indah. Aku hanya tak sengaja selalu mendengar cerita tentangmu dari sahabat karibmu, yaitu senja, kekasihku..." 

-_-

0 komentar:

Posting Komentar