Kalau saja kamu mau mencoba mengerti, mengapa bumi memutari matahari bukan sebaliknya. Dan seandainya saja kamu mau memahami, mengapa jingga hadir lebih redup disaat senja dan lebih cerah dikala fajar. Serta kalau saja semua hal yang terangkum dalam diary kehidupan ini dapat kau selami, mungkin segala hal menyakitkan ini tak akan terasa sesakit ini...
Aku bukanlah ssosok setegar batu karang ditengah lautan, yang tak gentar dan tak bergeming meski dihujani ribuan terjangan ombak dan badai. Aku juga bukan seonggok debu tak bermakna disudut jendela, yang akan dengan mudah tersapu angin yang bertiup kecil menyapa dunia. Aku adalah aku.
Aku yang dengan segala keterbatasanku. Aku yang terus mencoba melawan segala ketakutanku. Aku yang terus masih belum menyerah untuk tunduk pada segala kelemahanku. Aku yang masih begini, masih dalam koridor 'aku' dan belum sampai kepada 'kita' apalagi 'mereka'.
Aku yang masih berkutat dengan duniaku. Aku yang masih tak bergeming dengan perubahan di sekelilingku. Aku yang masih cupu. Aku yang...... ahhh banyak. Akan sangat banyak hal yang muncul saat kita ingin mengeluhkannya dan menjadikannya alasan untuk enggan berjuang maju.
Aku mungkin memang masih hidup dalam kungkungan sudut pandang duniaku, tapi aku setidaknya masih mampu membaca warna wajah dan perasaan orang saat bersinggungan aktifitas dengaku. Aku masih dapat mengerti apa yang mereka fikirkan tentangku dan apa yang bisa aku perbuat untuk mengubah pola sikap mereka padaku. Meski tak berhasil pada seluruh orang, tapi cukup ampuh untuk menghadapi dosen2 atau senior2 yang membutuhkan sebuah penempatan sikap yang tepat.
Sangat sedih saat mendapati ketidak pekaan itu hadir dalam sosokmu yang kuanggap cukup sempurna. Walau tak terbilang kau memiliki segalanya, namun hampir sebagian besar kemampuan yang ada pada dirimu itu sangat ingin dapat dimiliki oleh siapapun yang hidup didunia ini. Kemampuan bawaan alami yang luar biasa itu memang sangat kontras dengan pola hidupmu yang terkadang masih mudah bergesekan dengan hal-hal yang kurang menyenangkan. Tapi it's okey. Tak berpengaruh besar, karena hal kecil itu tertutupi oleh segudang prestasi dan bakat alami yang kamu miliki.
Tapi lagi-lagi, kita bukanlah hal yang serasi untuk dijadikan bahan perbandingan. Jangan pernah menjadikan siapapun sebagai patokan untuk dirimu. Karena standar keberhasilan tiap-tiap orang itu berbeda. Berhasil menurutku belum tentu berhasil menurutmu. Dan hal yang mungkin bagimu biasa saja, bisa jadi itu adalah sebuah parameter keberhasilan bagiku.
Karena emas dan tembaga itu sudah alamiah berbeda. Jangan memaksakan untuk menjadikannya memiliki kualitas yang sama. Semua sudah memiliki suratan takdirnya masing-masing. Ada yang terlahir memang untuk menjadi seorang pemimpin. Namun juga ada yang memang terlahir untuk menjadi seorang pengikut. Karena memang begitulah dunia, dan begitu pulalah cara Allah menyelaraskannya.
Tak akan ada dua pedang berada pada sarung yang sama. Begitu pula dengan kehidupan. Tidak akan ada manusia yang memiliki jalan hidup yang benar-benar sama. Kendati keduanya sama-sama pemimpin, pasti tetap saja memiliki ranah pimpinan yang berbeda.
Maka dari itu, berhentilah memandang hanya satu sudut saja dari kehidupan. Sesungguhnya kehidupan ini amat luas, jika saja engkau mau berusaha menyelaminya lebih dalam...
Maka dari itu, berhentilah memandang hanya satu sudut saja dari kehidupan. Sesungguhnya kehidupan ini amat luas, jika saja engkau mau berusaha menyelaminya lebih dalam...
0 komentar:
Posting Komentar