Beberapa hari ini, aku menemui banyak hal yang membingungkan. Membuat benakku menyimpan banyak berbagai pertanyaan. Namun sayangnya, aku tak memiliki kapasitas kata-kata yang mampu untuk mengungkapkan semuanya menjadi pertanyaan-pertanyaan yang mampu dijawab oleh siapapun yang ingin akan tanyakan.
Hahaha, bahasanya udah ambigu banget lah ini. Muter-muter :D
Tapi yaah, memang begitulah adanya. Aku selalu berusaha untuk menjadi apa adanya diriku, yaaa walaupun tak mudah memang. Seperti saat kita melihat sisi positif dan kerennya teman-teman yang ada disekitar kita yang sayangnya tak ada pada diri kita, hal ini sering membuat beberapa letupan-letupan kecil di sudut hati dan menyisakan goresan kecil disana. Haha, masalah kecil. Memang. Tapi kecil yang bertumpuk-tumpuk tetap akan menimbulkan masalah pada akhirnya. Aku memang masih lemah. Sangat lemah malah. Hati ini masih rapuh, dan mental ini masih lembek. Ga punya nyali sama sekali bahkan hanya untuk sekedar mengatakan apa yang aku fikirkan. Lagi-lagi, semua kembali kesini, menulis. Walau tulisan amburadul ga jelas tujuannya apa. Tetep aja, hanya disini terkadang semua yang aku fikirkan sedikit mampu untuk aku ungkapkan.
Aku bukan orang yang tak pandai bicara untuk mengatakan apa yang sedang kufikirkan. Hanya saja, aku masih memiliki mental yang kerdil untuk sekedar mampu melawan rasa takut dan cemas dari dalam diriku sendiri. Aku masih takut jika salah bicara. Aku masih takut jika disepelekan. Aku masih takut jika tidak dianggap. Aku masih takut jika argumen yang aku ungkappkan tidak dibutuhkan. Dan yang lebih menyedihkannya, aku sering berfikir dan takut bicara karena takut apa yang akan aku katakan nantinya adalah hal yang diluar konteks pembicaaran dan akhirnya dianggap ngawur dan orang ga jelas yang suka punya argumen 'sakarepe dewe mbuh nyambung mbuh ora'.
Hahaha, lagi-lagi. Aku masih harus bertekuk lutut pada ketakutanku sendiri. Sudah berulang kali sebenarnya orang-orang terdekat menasehatiku. Bahwa hanya manusia bodoh yang takut pada dirinya sendiri dan tak berani melawan ketakukannya. Tapi lagi-lagi dan lagi-lagi. Aku masih tetap tak mampu untuk mencari celah maju, dan masih tak kuasa untuk menerjang dinding pembatas antara aku dan ketakutanku. Aku masih terkungkung disana. Aku masih berada dalam sangkar emasku tanpa berani mendobraknya. Bukan tak mau, hanya saja aku belum menemukan cara yang tepat untuk melampuinya. Aku belum siap. Belum siap dengan segala hal mengerikan yang aku bayangkan saat aku menapakkan kakiku keluar dari lingkarannya.
Haahhh..
Sangat pengecut bukan? dan dengan bodohnya aku tak memungkiri itu. Hahaha...
Aku yang masih begini, terkadang sok berani dengan bicara pongah, sok sudah memiliki kontribusi untuk perbaikan zaman. Padahal sendirinya masih belum mampu menang dari kungkungan ketakutan dari diri sendiri. Lagi-lagi aku hanya bisa menertawakan diriku yang begitu bodohnya. Tak usahlah berfikir jauh seperti teman-teman yang lain. Mereka hebat karena mereka mampu keluar dari zona nyamanya. Menaklukkannya dan merubahnya menjadi potensi luar biasa. Nah, seharusnya kau juga bisa begitu bukan? lagi-lagi. Aku harus kembali menertawakan diriku sendiri.
Tak usah sok angkuh dengan mengatakan apa yang bisa kamu lakukan untuk perjuangan ini, kamu masih belum cukup mampu memiliki apapun. Jangankan hal besar yang dapat kamu emban, hal kecil saja yang masih mencakup ruang lingkup hidupmu sendiri tak mampu kamu hendel. Gitu mau hal besar. 'Ojo ngimpi nduk'. Hahaha...
Tapi semangat ini masih ada. Yaaa, satu-satunya harapan yang masih membuatku mampu bertahan hingga detik ini. Api kecil yang nyalanya tak cukup besar ini masih menyala. Dengan tertatih-tatih ia melangkah menyusuri jalan terjal ini. Ia tetap masih menyala, masih belum ingin menyerah walau keadaan apapun yang ada didepannya. Masih punya harapan untuk tumbuh menajdi besar, berapapun lama waktunya. Ia masih menyimpan harapan itu. Ia masih berjuang mewujudkan mimpi itu. \
Yaaaa, sang pemimpi itu masih belum kehilangan mimpinya...
Dan itulah landasan terbesarnya berpijak hingga masih mampu berdiri ditengah amukan gelombang jiwanya yang pongah dan tak tahu diri...
Ia masih disana, mencoba bertahan dengan segala keterbatasannya, masih mencoba menempa keahliannya, masih belum jera dengan kegagalnya, masih, yaa masiih ingin terus mencoba, dan masih belum memutuskan menyerah pada keadaan...
Walau memang, sampai kapanpun yang namanya 'tembaga' itu tak akan pernah mampu bersanding dengan 'emas'. Tapi tanpa tembaga, emas tak akan pernah menjadi logam yang dinilai berharga dan mulia jika tidak ada logam lain yang memiliki kualitas dibawahnya. Sama dengan perumpamaan harta, uang satu milyar sekalipun jika kurang satu rupiah saja, tetap tidak akan dianggap satu milyar...
Hahaha, dan tulisan ini udah ga jelas banget arah dan alurnya kemana. Yang jelas, ini hanya coretan-coretan penuh makna yang mana hanya penulisnya saja yang mampu memahami makna yang terkandung didalamnya...
#Haseeeekk :D
Catatan Kupu-kupu Kecil :
Kupu-kupu ini masih belum mampu mengeluarkan sayapnya dari selubung kepompongnya...
Musim terasa begitu panjang hingga kelopak bunga telah layu berguguran bersama deraian air hujan...
Namun, kepompong ini masih tertutup, bergelung tak bergeming menanti sayap-sayap indahnya tumbuh kokoh dan menawan...
Ia tidur bukan tanpa perjuangan, ia terdiam bukan tanpa pengorbanan...
Ia berjuang didalam sempitnya ruang, membiarkan segalanya tumbuh dengan takdir dan ketentuan Tuhan...
Ia berkorban, pada waktu yang ia tinggalkan, pada kerlipan bintang yang menyapa malam, dan pada semburat jingga yang menyanyikan lagu kerinduan...
Ia tetap bertahan, meski tak jarang badai dan topan menerjang, menggoyahkan keteguhan dan kesabarannya menanti segalanya tumbuh dalam sempitnya ruang...
Namun, jika ia menyerah saat semua belum sampai pada waktunya, ia tahu binasalah yang akan ia temukan...
Maka dari itu, biarkan kupu-kupu kecil ini terus berjuang, menanti segalanya indah dan bersemi pada masa penuh kebahagiaan...
Seperti senyuman manis mentari pagi menyapa embun dalam pelukan hangat sajak kerinduan...
0 komentar:
Posting Komentar