Kamis, 01 Oktober 2015

Sekeping Resah di Pagi yg cerah

Seperti simfoni yang tengah mengalun merdu. Lalu tiba-tiba muncul sekumpulan kurcaci pengganggu yang mengacaukan seluruh alunan lagu. Sebuah kehadiran yang tak ditunggu, namun mampu mengguncang sebuah jiwa yang tengah merintih lemah dan beku.

Di suatu pagi, saat burung-burung masih enggan untuk bernyanyi, mentari pagi telah menelisik lembut di ujung kabut. Deburan ombak menghiasi pinggiran hati yang sunyi. Seperti pelangi yang enggan beranjak dari bilik langit yang sepi.

Pagi ini, saat angin merasa resah dan embun melambai didedaunan dengan lelah. Aku hanya melangkah dengan jengah.

Menatap kosong penuh kehampaan, pada sebuah siluet panjang yang tak kunjung hilang. Aku terpaku, pada sebuah kenyataan pilu yang dengan kejam menghancurkan semua anganku.

Aku mendesah resah, pada jiwa yang lebam terbakar amarah. Aku hanya mampu menghela nafas lelah, menghadapi kenyataan baru yang tak pernah sekalipun terlintas dalam benakku. Ternyata, pagi tak selamanya syahdu.

Saat setitik embun mampu membuat riak gelombang di tengah danau yang beku, maka angin pun tau bahwa badai dan gelombang tengah bersiap melaju.

Semua tau, bahwa ketenangan tak selamanya akan diam. Semua faham, bahwa kesunyian tak selamanya akan tenang. Bahkan, air yang dalam sekalipun, jika diriak maka ia akan bergelombang.

Pelajaran pagi ini, jangan pernah memancing kekacauan, apalagi saat kehadirannya sama sekali tak diinginkan.

Jangan pernah mengusik ketenangan, karena tak selamanya air yang tenang tak mampu menghanyutkan.

Jangan pernah mencoba memantik api, karena tak selamanya api kecil tak mampu membakar dan menyakiti.

Intinya, jangan memancing masalah saat keadaan tengah tenang dan tanpa masalah. Itu artinya, kau tengah menciptakan badai kematian dan menggali kuburmu sendiri.

Haaahhhhh....
Selamat pagi hari yang cerah, walau mendung masih selalu mengintai tanpa lelah...

0 komentar:

Posting Komentar