Jumat, 16 Oktober 2015

Segenggam Asa di Lembayun Senja

Hari ini, langit tengah merona. Menyaksikan jingga yang menari indah laksana peri yang tengah jatuh cinta. Membuat semburat-semburat merah nan merekah serta senja yang menawan hati para nelayan. Langit tengah merona. Mewarnai senja dengan pendaran-pendaran cahaya emasnya. Melukis pinggir lautan menjadi sebuah cincin emas bertabur berlian. Memoles para awan dengan gemerlap warna keemasan. Yap, seolah langit tau, bahwa sore ini, adalah milikmu.

Seperti malam yang selalu setia menjemput senja. Seperti fajar yang tak pernah lelah membangunkan jingga di pagi buta. Seperti mentari yang akan tetap ada meski awan menutupinya. Seperti galaksi bimasakti yang akan tetap berputar meski black hole bisa menelannya kapan saja.

Dunia ini memang diciptakan sudah sedemikian rupanya. Semua ada untuk saling menyeimbangkan dan melengkapi ketidaksempurnaan. Dan hebatnya, mereka semua menjalankan perannya masing-masing tanpa banyak bertanya mengapa. Dan, mereka selalu setia serta komitmen pada setiap tugasnya.

Ada kalanya, saat langit mulai berwarna jingga, aku duduk termenung memikirkan itu semua. Mempertanyakan, mengapa mereka bisa sedemikian romatisnya. Mempertanyakan, mengapa mereka diciptakan untuk sinergi kerja sama yang sangat luar biasa. Mempertanyakan, mengapa hidup manusia tidak bisa se-simple mereka?

Hahaha, pertanyaan terakhir itu pikiran konyol. Tentu saja aku tahu jawabanya. Haha..

Seperti layaknya senja kali ini. entah mengapa, langit terlihat amat mempesona. Entah apa yang membuatnya terlihat begitu sumringah dan bahagia. Aku hanya terpaku menatapnya dari ambang batas cakrawala. Menatap diam-diam dan mengaguminya tanpa kata. Oh ya, apakah itu yang sering disebut-sebut para pujangga dengan kata 'cinta'?

Hahaha.. Kurasa masih terlalu dini untuk menyebutnya cinta. Entahlah, aku juga tidak mengerti mengapa. Yang kutahu, hari ini, aku hanya ingin menikmatinya seperti mereka. Tanpa banyak bertanya mengapa, hanya patuh dan menjalani peranku seperti yang telah dusuratkan-Nya. Untuk apa aku harus repot-repot memikirkan alasannya? Bukankah jika kita yakin, harusnya kita percaya pada segala ketentuan-Nya?

Ya. Tentu. Dan itu yang tengah kulakukan. Sore ini, aku hanya ingin berjalan tanpa memikul beban. Berjalan dengan damai dan tenang. Menatap kedepan dengan senyum keyakinan. Bahwa setiap harapan, pasti akan tetap terkabulkan. Entah, sekarang, entah nanti, atau malah akan diganti dengan yang lebih baik lagi ^^

Who's Know?
Karena Allah Maha Tahu, sedangkan kita tidak ")


Bandung, 17102015
MSF

0 komentar:

Posting Komentar