Senin, 11 April 2016

Ini Bukanlah Takdirmu

Malam ini, hujan gerimis memayungi bumi. Bergemerisik kecil membersamai senja dan mentari dalam temaram kelabu dan udara yang beku. Malam ini, bumi terlihat basah. Basah oleh kepalsuan dan kepongahan yang merajam nurani. Aku membeku.

Seharusnya aku sadar. Seharusnya aku bisa membaca semuanya dari awal. Bahwa ini hanyalah kilasan-kilasan euforia yang terjadi sesaat saja. Bukan seperti mentari senja yang selalu ada meski hujan badai dan kabut tebal menyelimutinya.

Oh ayolah. Sadarlah. Duniamu tak seindah itu. Kau tidak sedang hidup di negeri dongeng wahai putri kecil nan manja. Bangunlah. Berdirilah dengan kedua kakimu dan melangkahlah. Hentikan ini semua sebelum kau benar-benar terlambat dan tersesat.

Dunia ini tercipta oleh kumpulan-kumpulan fatamorgana yang indah dipandang mata. Memang. Lelucon-lelucon kecil itu sangat terasa menyenangkan saat kau reguk dan nikmati. Meski hanya setetes. Namun percayalah, anggur kepalsuan itu tak akan pernah membuatmu merasa puas akan dahaga yang kau rasakan. Justru ia akan semakim membenamkanmu ke dalam kepalsuan yang teramat pekat dan dalam.

Sudahilah. Dari awal kau sejatinya sudah tahu bahwa kebenaran adalah sesuatu yang menentramkan hatimu. Lalu, untuk apa kau mencoba-coba memasuki kegelapan sedang kau sendiri bukanlah lentera yang sudah pasti tak akan mampu bertahan?

Sudahilah. Ini bukanlah takdirmu. Percayalah. Kau punya takdir sendiri yang tak kalah indah dibanding fatamorgana semu yang membutakan pandanganmu itu. Tak semua hal yang terlihat indah sejatinya juga indah. Justru banyak sekali hal yang terlihat sangat indah diluar namun diselubungi oleh kegelapan yang nyata.

Jadi, Sudahilah dan Laa tahzan. Sesungguhnya hidup ini terlalu singkat untuk kita isi dengan banyak kesia-siaan :)



Bandung, 11042016
MSF